B
MENULIS
1.
Menulis
dialog
Dialog atau percakapan adalah kegiatan
berbahasa lisan antara dua orang atau lebih. Dialog berisi tanya jawab yang
terarah antara dua orang atau lebih. Pertanyaan dan jawaban diajukan secara
bergiliran. Masalah dalam percakapan umumnya berupa persoalan-persoalan ringan
yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah-langkah
menyusun dialog atau percakapan antara lain:
a.
Menentukan
masalah atau tema pembicaraan
b.
Menentukan
orang-orang yang terlibat dalam percakapan
c.
Menentukan
susunan kalimatnya
d.
Menggunakan
pilihan kata yang tepat
2.
Mengisi
formulir
Formulir adalah lembar isian tentang
informasi tertentu. Pengisian formulir dimaksudkan untuk memberikan informasi
kepada pihak yang membutuhkan.
Bagian-bagian
formulir adalah sebagai berikut:
a.
Bagian
kepala
Berisi nama lembaga, alamat, nomor telepon
b.
Bagian
tubuh
Berisi keterangan yang harus diisi
seperti:
1)
Nama
lengkap
2)
Jenis
kelamin
3)
Tempat
dan tanggal lahir
4)
Agama
5)
Pendidikan
6)
Alamat
7)
Keterangan
lain
c.
Bagian
ekor
Berisi tempat dan tanggal pengisian, tanda
tangan, dan nama jelas pengisi.
Pengisian formulir harus
benar, jelas, dan lengkap. Gunakan huruf yang jelas, misalnya menggunakan huruf
cetak. Hindarilah coret-coretan, karena akan menimbulkan keraguan.
3.
Menggunakan
kata depan
Kata
depan merupakan kata yang bertugas merangkaikan kata atau bagian kalimat. Kata depan
biasanya terletak di depan kata benda.
Kata depan ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Berikut
ini contoh kata depan dan fungsinya:
Kata Depan
|
Fungsi
|
dari
|
menandai hubungan asal, arah dari suatu tempat atau milik
|
dengan
|
menandai hubungan kesertaan atau cara
|
di
|
menandai hubungan tempat berada
|
ke
|
menandai hubungan arah
menuju suatu tempat
|
oleh
|
menandai hubungan pelaku atau yang dianggap pelaku
|
pada
|
menandai hubungan tempat atau waktu
|
sejak
|
menandai hubungan waktu dari saat yang satu ke saat yang lain
|
bagi, untuk, buat, dan guna
|
menandai hubungan peruntukan
|
karena, sebab
|
menandai hubungan sebab (penyebaban)
|
4.
Menyusun
kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat
atau lebih. Kalilmat majemuk terbagi menjadi dua jenis, yaitu kalimat majemuk
setara dan kalimat majemuk bertingkat.
a.
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang
unsur-unsurnya memiliki hubungan setara atau sederajat. Kalimat majemuk setara
tidak memiliki anak kalimat. Kalimat majemuk setara ditandai dengan konjungsi
atau kata hubung lalu, dan, kemudian,
atau, tetapi, sedangkan.
Contoh :
Penggabungan dari dua
atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih
pola kalimat.
·
Kakak menyapu lantai (kalimat tunggal I)
·
Ibu memasak di dapur (kalimat tunggal II)
·
Kakak menyapu lantai dan ibu memasak di dapur.
b. Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat
majemuk bertingkat adalah kalimat yang unsur-unsurnya tidak sederajat. Sebuah
kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga
perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang
sudah ada. Salah satu unsurnya berfungsi sebagai induk kalimat, dan unsur yang
lain sebagai anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat ditandai oleh konjungsi
antara lain sejak, ketika, agar, karena,
atau seandainya.
Misalnya:
·
Adik bermain boneka. (kalimat tunggal)
·
Gadis kecil berpita merah itu sedang bermain bola.
(subjek pada kalimat pertama diperluas)
Ayah berangkat ke
Surabaya ketika aku
5.
Menulis
petunjuk pemakaian
Petunjuk adalah
sesuatu tanda untuk menunjukkan atau memberi tahu. Pemakaian adalah proses,
cara, atau penggunaan. Petunjuk pemakaian adalah suatu tanda untuk menunjukkan
dalam penggunaan. Kamu harus mengetahui petunjuk pemakaian sebelum menggunakan
agar kamu dapat menggunakan secara baik dan benar.
Agar
benar-benar dapat memudahkan, petunjuk tersebut harus memenuhi syarat- syarat
sebagai berikut.
a. Jelas
Yang dimaksud jelas adalah tidak
membingungkan dan mudah diikuti. Hal ini menyangkut masalah pilihan kata atau
bahasa yang digunakan serta keruntutan uraiannya. Penggunaan nomor untuk
membedakan langkah yang satu dan langkah berikutnya juga dapat lebih
memperjelas petunjuk. Selain itu, kejelasan juga dapat dicapai dengan
menggunakan istilah-istilah yang lazim.
b. Logis
Syarat logis ini terutama berkaitan dengan urutan penjelasan. Urutan yang sistematis dapat menghindarkan dari kesalahan atau ketumpangtindihan dalam melakukan sesuatu.
Syarat logis ini terutama berkaitan dengan urutan penjelasan. Urutan yang sistematis dapat menghindarkan dari kesalahan atau ketumpangtindihan dalam melakukan sesuatu.
c. Singkat
Singkat berarti hanya mencantumkan hal-hal yang penting saja, tidak ada yang berulang, dan sudah mencukupi keseluruhan proses yang dibutuhkan.
Singkat berarti hanya mencantumkan hal-hal yang penting saja, tidak ada yang berulang, dan sudah mencukupi keseluruhan proses yang dibutuhkan.
d. Menggunakan
kalimat perintah
Coba kamu
perhatikan petunjuk pemakaian obat berikut ini!
1) Obat diminum 3
kali sehari
2) Obat diminum
setelah makan
3) Minum obat
dengan duduk tenang
4) Harus dengan
resep dokter
Setelah minum obat, barulah dapat beristirahat. Tidak boleh
terlalu capek karena dapat menghalangi kerja obat.
6.
Menggunakan
sinonim dan antonim
a. Sinonim
Sinonim ialah dua kata atau lebih yang memiliki makna
yang sama atau hampir sama.
Contoh:
·
yang sama maknanya
sudah -
telah
sebab -
karena
amat
- sangat
·
yang hampir sama maknanya
untuk – bagi – buat –
guna
cinta – kasih – sayang
melihat – mengerling –
menatap – menengok
b. Antonim
Antonim ialah kata-kata
yang berlawanan maknanya/ oposisi.
Contoh:
besar ><
kecil
ibu ><
bapak
bertanya ><
menjawab
7. Menggunakan imbuhan (afik)
a. Prefiks (Awalan) : be®-, pe®-, me(N)-, di-, te®-, se-,
pe(N)-, ke-
b. Infiks (Sisipan) : -el-, -em-, -er-, -in-(?)
c. Sufiks (Akhiran) : -kan, -i, -an
d. Konfiks (Gabungan
imbuhan) : ber-kan, ber-an, per–an, pe –an, per-i, me-kan, Me-i, memper-,
memper–kan, memper-i, ter-kan, ter-i,
Rumus Pembentukan Kata
a. Ketahui/pastikan
bentuk dasarnya
b. Ketahui/pastikan
bentuk terikat yang mengimbuhinya
·
kontrakkan : kontrak + -kan
·
kontrakan : kontra + -kan
Untuk
menentukan makna imbuhan dengan mudah, dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Gantilah
imbuhan yang ditanyakan dengan tanda titik-titik.
b. Isilah
titik-titik tersebut dengan kata yang sesuai dengan makna kalimat asal.
c. Dalam
pengisian, bentuk dasar kadang-kadang perlu ditambah imbuhan.
Contoh:
Contoh:
Apa makna imbuhan me-kan pada “Upaya meninggikan tanggul sudah
dikerjakan?
Langkah 1:
Upaya …tinggi
tanggul sudah dikerjakan.
Langkah 2:
Upaya membuat tanggul jadi tinggi sudah dikerjakan.
Jadi makna me-kan pada kalimat di atas: membuat jadi …
8. Menyusun paragraf
Paragraf
merupakan susunan beberapa kalimat yang terjalin secara utuh dan padu yang di dalamnya
memuat satu gagasan utama. Yang tidak boleh dilupakan dalam pengembangan paragraf
adalah koherensi antarkalimat maupun ide dengan
panduan kohesi yang tepat. Kalau hal itu diperhatikan, tidak ada paragraf
yang memiliki kalimat dengan ide lain. Kalimat seperti
itu hendaknya dibuang karena dapat
mengacaukan kepaduan ide. Kalimat seperti itu
biasa disebut kalimat sumbang atau tidak
padu.
Syarat pembentukan
paragraf yang baik :
a.
Prinsip kesatuan (unity) : maksudnya setiap paragraf sebaiknya
mengandung satu gagasan pokok.
b.
Prinsip kepaduan/koherensi : setiap paragraf
haruslah merupakan kumpulan kalimat yang saling berhubungan secara padu, tidak
berdiri sendiri atau terlepas satu sama lain.
c.
Kelengkapan : Dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat
penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik. Dikatakan tidak
lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan
pengulangan-pengulangan
Berdasarkan letak kalimat
utama paragraf dapat dibedakan sebagai
berikut:
a.
Paragraf
deduktif
1)
Letak kalimat
utama di awal paragraf
2)
Dimulai dengan
pernyataan umum disusun dengan uraian atau penjelasan khusus.
b.
Paragraf
induktif
1)
Letak kalimat
utama di akhir paragraf.
2)
Diawali dengan
uraian/penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum.
c.
Paragraf
campuran
1)
Letak kalimat
utama di awal dan di akhir paragraf
2)
Kalimat utama
yang terletak di akhir bersifat penegasan kembali, dengan susunan kalimat yang
agak berbeda.
9. Ejaan
a. Menggunakan huruf kapital
1) Huruf Kapital
atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya:
·
Dia mengantuk.
·
Apa maksudnya?
2) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
·
Adik bertanya, “Kapan kita
pulang?”
·
Bapak menasihatkan, “Berhati-hati,
Nak!”
3) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya: Allah,
Yang Maha Pengasih, Alkitab, Qur'an, Weda, Islam, Kristen.
·
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
4) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti dengan nama orang.
keagamaan yang diikuti dengan nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.
5) Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
·
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
·
Tahun ini dia pergi naik haji.
6) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang atau dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara, Sekretaris Jendral Departemen Pertanian, Gubernur Kalimantan Selatan
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara, Sekretaris Jendral Departemen Pertanian, Gubernur Kalimantan Selatan
7) Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti
nama orang, instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
·
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
·
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
8) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Pernakusumah, Ampere.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Pernakusumah, Ampere.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel, 10 volt, 5 ampere
mesin diesel, 10 volt, 5 ampere
9) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris
Misalnya:
bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris
10) Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai
sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
·
mengindonesiakan kata asing
·
keinggris-inggrisan
11) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa bersejarah.
peristiwa bersejarah.
Misalnya:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari Galungan,
hari Lebaran, hari Natal, Perang Candu, Prolamasi Kemerdekaan Indonesia.
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari Galungan,
hari Lebaran, hari Natal, Perang Candu, Prolamasi Kemerdekaan Indonesia.
12) Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf depan pertama peristiwa bersejarah yang tidak dipakai
sebagai nama.
Misalnya:
·
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
·
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
13) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama gografi.
Misalnya:
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi
Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali Brantas, Lembah Baliem,
Ngarai Sianok, Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Tanjung Harapan, Teluk
Benggala, Terusan Suez.
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi
Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali Brantas, Lembah Baliem,
Ngarai Sianok, Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Tanjung Harapan, Teluk
Benggala, Terusan Suez.
14) Huruf Kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi
unsur nama diri.
unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara.
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara.
15) Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama
jenis.
Misalnya:
garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon
garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon
16) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintahdan ketatanegaraan , serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Rresiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.
pemerintahdan ketatanegaraan , serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Rresiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.
17) Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara pemerintah dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.
menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara pemerintah dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.
18) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.
19) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna)
di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti
di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak di posisi awal.
Misalnya:
Misalnya:
·
Saya telah membaca buku Dari
Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
·
Bacalah majalah Bahasa dan
Sastra.
·
Dia adalah agen surat kabar Sinar
Pembangunan.
20) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
sapaan.
Misalnya:
·
Dr. Doktor
·
S.E. Sarjana Ekonomi
·
Sdr. Saudara
21)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kaka, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
·
Kapan Bapak berangkat? tanya Harto.
·
Adik bertanya, Itu apa, Bu?
·
Surat Saudara sudah saya terima.
·
Silakan duduk, Dik! kata Ucok.
·
Besok Paman akan datang.
·
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
·
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
22) Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang
tidak dipakai dalam pengacauan atau penyapaan.
Misalnya:
·
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
·
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
23) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
·
Sudahkah Anda mengerti apa yang
saya sampaikan ?
·
Buku Anda telah saya kembalikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar