Tampilkan postingan dengan label akidah akhlak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label akidah akhlak. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 Desember 2017

Pengertian Kalimat Thayyibah & macam-macamnya

· Pengertian Kalimat Thayyibah
Kalimat Thayyibah secara bahasa adalah perkataan yang baik. Dalam Islam, Kalimat thayyibah adalah setiap ucapan yang mengandung kebenaran dan kebajikan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Serta mengandung  aneka perbuatan ma'ruf dan pencegahan dari perbuatan munkar (Tafsir Depag V/182-183 dan Tafsir Wa Bayan Al-Qur'an oleh Dr. M. Hasan Al-Hamsy hal.258 ).
· Macam-macam Kalimat Thayyibah
Adapun macam-macam
Kalimat Thayyibah adalah
sebagai berikut:
1. Bismillahirrokhmaanirrohim
Kalimat Basmalah yang artinya: ”Dengan menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” ini diucapkan setiap kali kita akan mengawali suatu pekerjaan atau perbuatan. Dengan membaca Basmalah dimaksudkan agar pekerjaan yang akan kita lakukan dapat terlaksana dengan baik dan mendapatkan keberkahan dari Allah Swt. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. yang artinya,
“Tiap-tiap urusan penting menjadi putus berkahnya jika tidak dimulai dengan ucapan Bismillâhir-rahmânir-rahîm.”(HR. ar-Rahawy).
2. Assalamu'alaikum
  Salam berarti keselamatan, jadi memberi doa kepada orang lain agar selamat. Makna salam adalah mendoakan kepada orang lain agar selamat di manapun berada, dalam kondisi apa pun juga tidak terbatas waktunya bukan untuk waktu siang, sore atau malam saja.
  Jadi, bagi orang yang memberi salam disunnahkan untuk mengucap:
Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh
Artinya: "Kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah semoga dilimpahkan kepadamu"
  Dan bagi orang yang menjawab salam mengucapkan:
Waalaikumsalaam Warohmatullahi Wabarokaatuh
Artinya: "Dan kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah semoga dilimpahkan atas kamu pula."
  Ada seseorang yang datang kepada Nabi Muhammad saw. dan mengucapkan: Assalamu'alaikum
Maka salam itu dijawab oleh beliau dan ia duduk. Kemudian beliau bersabda, "Sepuluh".
  Sesudah itu datang lagi seseorang dan mengucapkan: Assalamu'alaikum Warohmatullahi
Salam itu dijawab oleh beliau san ia duduk. Kemudian beliau bersabda, "Dua puluh".
  Sesudah itu datang lagi seseorang dan mengucapkan salam:
Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh
Salam dijawab oleh beliau dan ia duduk kemudian beliau bersabda, "tiga puluh".
  Jadi, intinya semakin sempurna kita mengucapkan salam, maka semakin besar pula pahala yang akan diterima.
3. Subhanallah
Artinya: Maha suciAllah
Subhanallah disebut juga bacaan tasbih.Zat yang paling suci di alam semesta ini hanyalah Allah, maka sesuai dengan artinya, kalimat ini mengandung makna penyucian nama dan Zat Allah. Nama Allah harus tetap suci dari segala bentuk kemusyrikan dan
kekurangan. Karena Allah-lah pemilik segala kesempurnaan.
Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah, memuji kebesaran Allah, Firman Allah yang Artinya:
"Apa yang ada di langit dan apa yang ada dibumi senantiasa bertasbih kepada Allah. Maharaja, Yang Maha Suci, Yang Maha perkasa,Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Jumu'ah: 1)
Harus kita yakini dengan keyakinan yang kuat bahwasanya Allah tidak sama dengan makhluk-Nya. Kita tidak boleh memikirkan bagaimana bentuk Allah, apakah Allah mempunyai tangan, kaki, wajah, dan lain-lain. Yang harus kita lakukan hanyalah meyakini Allah itu ada, melalui tanda-tanda kebesaran-Nya yaitu seluruh
alam semesta ini.Kita meyakini nama-nama Allah dan sifat-Nya yang terdapat di dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Dengan mengucap kalimat tasbih kita akan selalu ingat kebesaran Allah. Alam yang ada disekitar kita seperti gunung yang menjulang tinggi, lautan nan luas dan langit adalah sebuah tanda yang menunjukkan tanda  kebesaran Allah.

4. Laa haula walaa quwwata illaa billaah
Kalimat zikir ini merupakan pengakuan terhadap kefanaan manusia dan ke-Maha Kuasaannya Allah ini diucapkan ketika seseorang mengambil keputusan (ber'azam). Kalimat thayyibah ini adalah pancaran dari sikap tawakal seseorang.
Setelah berupaya nyata mempertimbangkan, maka ketika keputusan diambil, dilanjutkan dengan tawakal kepada Allah, yang dinyatakan dalam sikap menerima resiko apapun yang terjadi nantinya akibat diputuskannya keputusan tadi. (QS 7:159).
5. Laailaahaillallah
Dalam Hadis Nabi Muhammad disebutkan keutamaan kalimat thayibah laa ilaahaillallah wahdahu lah syarika laka lahulmulku malhamdu yuhyi wahuwa’ala kulli syai’in qadir maka Allah akan menetapkan seratus kebaikan dan menghapuskan seratus kejahatan dan keburukan.
Bahkan disebutkan pula bahwa kalimat ini merupakan kunci pintu surga. Apabila seseorang mengucapkan dzikir ini sembari mengupas hikmahnya, sungguh nikmat dan manfaatnya akan diperoleh tiada habis-habisnya. Karena penjabaran arti dari kalimat ini begitu luasnya. Dan manfaatnya pun bisa dirasakan di setiap waktu dan dalam kondisi apapun. Intinya satu; mengingat kebesaran Allah SWT.

6. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji'un
Salah satu dari kalimat tayyibah itu adalah " Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji'un ". Kalimat ini disebut dengan kalimat tarji'. Ketika kita mendengar atau mendapatkan teman, saudara, atau tetangga kita terkena musibah, maka di anjurkan membaca kalimat tarji'. Misalnya jika ada orang meninggal dunia atau sakit keras, terkena, kecelakaan, atau musibah lainnya.
Arti dari kalimat tarji' sendiri adalah'sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan kepada-Nyalah kita akan kembali. Dengan menghayati makna kalimat tersebut, maka kita akan menjadi sadar bahwa semua makhluk akan mati dan akan kembali kepada Sang Pencipta, tak terkecuali diri kita. Kita harus sadar bahwa nyawa kita adalah titipan Allah yang suatu saat akan diminta kembali oleh pemiliknya.
Adapun keutamaan atau manfaat membaca kalimat tarji', terdapat di dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 156-157, yang artinya :
"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: Inna Lillahi wa inna ilaihi raji'un. (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S Al-Baqarah/2 : 156-157)


7. Astaghfirullah
Dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 135 Allah menyatakan prihal orang- orang yang mendapat mendapat kenikmatan setelah mereka bertaubat, "Orang orang yang berbuat kekejian atau menzalimi dirinya lalu ingat kepada Allah, maka minta ampunlah untuk mereka atas dosa-dosa yang dilakukan." Sungguh Maha Suci Allah Yang Maha Sempurna, setelah Ia ciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang secara sunnatullah bisa berbuat khilaf, sekaligus Ia berikan penawar bagi kekhilafan tersebut. Bagi manusia yang pandai mengunakan penawar ini, maka manusia tidak akan terserang penyakit hati yang serius.
Allah Maha Pengampun, terutama bagi siapapun yang segera bertobat begitu sadar telah berbuat khilaf. Orang-orang yang selalu membasahkan bibir mereka dengan istighfar, maka noda-noda berupa dosa yang sempat menempel sedikit demi sedikit setiap hari tidak segera menumpuk menjadi noktah hitam yang tebal. Semakin lama noda-noda ini tertumpuk, akan menjadi semakin sulit untuk menghilangkannya.
Maka benarlah-bahwa kebanyakan kesalahan besar berawal dari kekeliruan-kekeliruan kecil yang tidak dibenari. Untuk menghindari keterlambatan taubat, maka dianjurkan untuk istiqamah mengucapkan zikir ini setiap hari, terutama setelah shalat, walau dirasakan tak ada kesalahan yang diperbuat. Rasulullah sebagaimana diriwayatkan Bukhari dalam kitab hadisnya bahwa beliau mengucapkan istighfar setiap hari sebanyak seratus kali.
Ditambahkannya juga bahwa barang siapa yang mengucapkan istighfar sebelum terbit matahari sampai terbenamnya maka Allah akan menerima taubatnya (HR. Bukhari) InsyaAllah. Kalimat ini diucapkan ketika seseorang berniat hendak melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Zikir ini akan mengingatkan kita, bahwa kehendak Allah adalah di atas segalanya. Tak seorangpun mengetahui apa yang akan terjadi detik setelah ini. Itu sebabnya, tak akan pernah ada janji yang dapat dipenuhi secara pasti oleh manusia, kecuali dengan menambahkan kalimat, Insya Allah (QS. 18: 23-24).
Sayangnya, banyak orang mempergunakan kalimat ini secara keliru, hingga berkembang anggapan bahwa kalimat mulia ini diucapkan sebagai kelonggaran untuk tidak menepati janji. Perbuatan umum ini banyak menggejala dalam sebagian masyarakat, sehingga membuat banyak orang dapat memandang negatif kalimat ini. Adalah tanggung jawab kita bersama, kaum muslim, untuk meluruskan pandangan seperti ini. Dimulai dengan diri kita sendiri. Mari kita buktikan bahwa ucapan Insya Allah bukan berarti niat untuk melanggar. Akan tetapi sebagai ikatan janji yang sudah pasti akan ditepati secara logika manusia, disertai kepasrahan terhadap kehendak Allah yang sewaktu waktu bisa merubah apa yang telah kita rencanakan.

video contoh akhlak terpuji

Amal Shalih

Pengertian Amal Shalih dan Hikmah Beramal Shalih - Contoh perilaku terpuji yang dipelajari dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam SMK kelas 12 ada 3, yaitu adil, ridha dan amal shalih. Pada kesempatan yang lalu sudah dibahas tentang pengertian adil, dan pengertian ridha. Tinggal sekarang ini adalah pengertian dan hikmah dari beramal shalih.

Pengertian amal shalih

Pengertian dari amal shalih adalah segala perbuatan yang baik, bermanfaat, berguna bagi diri sendiri dan orang lain serta apabila dikerjakan dengan ikhlas InsyaAllah mendapatkan pahala dari Allah swt. Disamping itu juga perbuatan tersebut tidak merusak dan merugikan orang lain. Allah swt telah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah 82, yang artinya :
Dan orang-orang yang beriman serta beramal shaleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.

Contoh perbuatan amal shalih

Berikut ini beberapa contoh dari perbuatan amal shalih yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari :

  1. Sedekah, amal shalih yang dapat kita lakukan adalah dengan bersedekah, bisa berupa harta, tenaga, berbuat baik, dan lain sebagainya.
  2. Amar Ma'ruf, amal shalih yang selanjutnya adalah dengan amar ma'ruf atau mengajak orang lain untuk berbuat baik, misalnya mengajak orang lain untuk berangkat shalat ke masjid.
  3. Berbakti kepada orang tua
  4. Saling tolong menolong antara sesama

Membiasakan perilaku amal shalih dalam kehidupan sehari-hari

Perilaku amal shalih berikut ini dapat kita biasakan dalam kehidupan sehari-hari. 
  1. Selalu membiasakan berdoa terlebih dahulu sebelum dan sesudah melakukan sesuatu, misalnya berdoa sebelum dan sesudah makan.
  2. Selalu berusaha shalat tepat waktu dan berjamaah di masjid
  3. Berdzikir dan selalu berdoa kepada Allah swt
  4. Berteman dengan orang-orang yang baik
  5. Memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya
  6. Membiasakan kebiasaan yang baik, seperti membaca Al-Quran, bersedekah, infaq dan lain sebagainya.
Pengertian Amal Shalih dan Hikmah Beramal Shalih
Pengertian Amal Shalih dan Hikmah Beramal Shalih

Hikmah beramal shalih

Setelah contoh dan membiasakan perilaku amal shalih, berikut ini beberapa hikmah beramal shalih :
  1. Berguna bagi orang lain dan sering dirindukan oleh orang lain
  2. Menjadi contoh bagi orang lain
  3. Mendapatkan pahala dari Allah swt
  4. Mendapatkan kedamaian dan ketenangan jiwa
  5. Mendapatkan kemuliaan dari Allah swt dan manusia
  6. Dihormati oleh orang lain
  7. Mendapatkan teman yang banyak

Akhlak Tercela

Pengertian dan Macam-macam Akhlak Madzmumah (Akhlak Tercela)

Akhlak madzmumah atau akhlak tercela adalah semua perbuatan, ucapan, dan perasaan yang bisa merusak iman dan mendatangkan dosa

PelangiBlog.Com – Akhlak Madzmumah didefiniskan sebagai akhlak yang tercela, segala macam bentuk perbuatan, ucapan, dan perasaan seseorang yang bisa merusak iman dan mendatangkan dosa juga dikategorikan sebagai akhlak madzmumah. Selanjutnya, akhlak madzmumah terbagi menjadi tiga bagian yaitu tindakan, ucapan, dan hati.

Akhlak Madzmumah Dari Segi Tindakan
Ada banyak contoh akhlak madzmumah jika dilihat dari segi tindakan dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti di bawah ini :

1. Dholim atau Menganiyaya adalah perbuatan yang menyakitkan hati orang lain, sedangkan orang itu tidak berdaya untuk membalas dan hanya mampu bertahan atas semua perlakuan si pelaku,

2. Bertengkar atau Berkelahi adalah persengketaan antara dua orang karena suatu masalah dan diselesaikan dengan jalan kekerasan. Salah satu jenis pertengkaran atau perkelahian yang bisa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari adalah perdebatan (pertengkaran dengan ucapan), tawuran, dan pengkroyokan.

3. Mencuri adalah mengambil barang orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya. Adapun jenis mencuri lainnya adalah mencopet (mengambil barang orang lain di tempat-tempat umum tanpa disadari pemiliknya), merampok (mengambil harta atau barang seseorang yang dilakukan dengan bergerombolan), dan korupsi (pencurian yang dilakukan pejabat kepada rakyat).

4. Membunuh adalah menghilangkan nyawa seseorang. Dalam syariat islam, membunuh merupakan salah satu perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT, baik itu di sengaja, semi sengaja, maupun pembunuhan bersalah.

5. Qot’ut Thoriq atau Begal Jalan adalah menghadang jalan seseorang yang lewat dengan tujuan untuk mengambil harta pemilik secara paksa, bahkan sampai membunuhnya.

6. Tajassus adalah mencari-cari kesalahan orang lain. Orang yang tajassus selalu melakukan segala cara untuk mendapatkan celah dan kesalahan orang lain, bahkan sampai dengan niatan menjatuhkan orang itu melalui celah dan kesalahannya.

7. Dan lain-lain.


Akhlak Madzmumah Dari Segi Ucapan
Adapun contoh akhlak madzmumah jika dilihat dari segi ucapan dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti di bawah ini :

1. Berkata kotor adalah ucapan yang bisa menyinggung orang di sekitarnya. Begitu juga halnya, meskipun ucapan itu tidak kotor tetapi dengan nada-nada keras yang bisa menyinggung orang lain, maka ucapan tersebut juga dikategorikan sebagai akhlak madzmumah.

2. Kidzbu atau Dusta adalah ucapan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dengan sengaja dan niatan tertentu. Sedangkan lawan kata dari dusta adalah jujur, sepatutnya kita sebagai manusia yang berakhlak lebih membiasakan diri dengan kejujuran karena praktek-praktek kejujuran sudah semakin jarang dilakukan pada saat ini.

3. Fitnah adalah melontarkan tuduhan kepada orang lain. Fitnah merupakan bagian dari dusta, tetapi fitnah lebih berdosa karena diucapkan dengan niatan menjatuhkan dan menghancurkan orang lain. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 191 :

اَلْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ
Artinya :
"Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan"

4. Namimah atau Adu Domba adalah segala ucapan yang dilontarkan kepada dua orang dengan maksud untuk mengadu dan merenggangkan hubungan antara keduanya. Dalam sebuah hadist, Rosulullah SAW bersabda :

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ
Artinya :
"Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba"

5. Ghibah atau Menggunjing adalah menceritakan keburukan orang lain, di mana jika dia mendengarkannya maka dia akan tersinggung. Dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 12, Allah SWT menegaskan larangan keras bagi pelaku ghibah dengan menyamakannya seperti orang yang memakan bangkai saudaranya sendiri.

6. Dan lain-lain.


Akhlak Madzmumah Dari Segi Hati
Adalah segala bentuk sifat dan perasaan tercela timbul di dalam hati seseorang. Adapun berikut ini adalah contoh-contoh akhlak madzmumah dari segi hati :
1. Khianat adalah perasaan ingkar atas kepercayaan yang telah diberikan oleh orang lain. Khianat merupakan sebuah penyakit hati yang kemudian diaplikasikan melalui tindakan penhianatan.

2. Ghadhab atau Marah adalah luapan emosi akibat kekesalan pada seseorang. Sifat pemarah memang sudah menjadi watak manusia pada umumnya, namun sifat buruk tersebut haruslah dikekang sebisa mungkin dengan sedikit demi sedikit belajar untuk sabar dan pemaaf. Rosulullah SAW menjanjikan surga bagi orang yang mau mengendalikan sifat marahnya dalam hadist berikut ini :
لَا تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ
Artinya :
"Janganlah kamu marah, maka bagimu surga"

3. Thoma’ atau Tamak adalah perasaan serakah atas harta dan kenikmatan dunia. Sifat tamak tidak akan menjadikan seseorang mendapatkan apa yang dia inginkan secara sempurna, justru malah akan menghancurkan dirinya sendiri karena keserakahan.

4. Khiqdu atau Benci adalah segala bentuk perasaan hati yang menunjukkan kebencian kepada orang lain. Cinta dan benci memang dua sifat yang saling bertentangan dan manusia pasti memiiki keduanya. Tetapi, kebencian adalah sebuah akhlak buruk yang harus dihindari dengan berusaha sabar dan menerima keadaan dengan lapang.

5. Dendam adalah perasaan benci dan berusaha untuk membalas atas perbuatan buruk orang lain. Orang yang memiliki sifat pendendam pasti melakukan segala hal untuk membalas perlakuan buruk yang sudah dia terima, sehingga sifat ini akan menjerumuskannya pada tindakan kriminal seperti pembunuhan, penganiyayaan, dan berbagai perbuatan buruk lainnya.

6. Takabbur atau Sombong adalah perasaan hati seseorang yang merasa dirinya lebih baik dan lebih unggul daripada orang lain. Meskipun takbbur adalah sifat yang sepele tetapi Allah SWT sangat membenci hamba-Nya jika memiliki sifat ini, karena takabbur adalah sifat wajib yang dimiliki Allah SWT bukan untuk hamba-Nya. Ingatlah bahwa iblis dilaknat Allah SWT dan dikeluarkan dari surga karena memiliki sifat takabbur. Rosulullah SAW bersabda dalam sebuah hadist :

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
Artinya :
"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar dzarrah dari sifat sombong".

7. Sum’ah adalah melakukan sesuatu kebaikan agar didengar oleh orang lain. Sum’ah biasa dilakukan dengan memamerkan dan menceritakan kebaikan diri agar orang lain mendengar dan memujinya. Sum’ah adalah sifat yang dilarang karena menghilangkan keikhlasan dalam melakukan kebaikan.

8. Riya adalah melakukan suatu kebaikan agar dirinya dilihat dan dinilai baik oleh orang lain. Sama halnya dengan sum’ah, sifat riya sangat dikecam karena mampu menghilangkan keikhlasan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Maun ayat 4-5 :

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّيْنَ، الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَ، الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاءُوْنَ
Artinya :
"Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat. (yaitu) Orang-orang yang lalai dari sholatnya. Orang-orang yang berbuat riya".

9. Iri Hati adalah perasaan tidak senang atas nikmat yang diterima oleh orang lain. Sudah sewajarnya iri hati timbul ketika melihat orang lain mendapatkan nikmat, tetapi tidak boleh sifat ini dibiarkan berlarut-larut. Seharusnya, sebagai muslim yang mengangungkan saudaranya, kita pun turut bersyukur jika orang lain menerima nikmat.

10. Hasud atau Dengki adalah perasaan tidak senang atas nikmat yang diterima oleh orang lain, berkeinginan agar nikmat itu hilang, dan merasa senang jika orang lain mendapatkan musibah. Rosulullah SAW bersabda dalam sebuah hadist :

اِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَاِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ الْنَّارُ الْحَطَبَ
Artinya :
"Jauhilah kamu sekalian sifat hasud, karena sesungguhnya sifat hasud bisa memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar".

11. Kufur adalah perasaan tidak mempercayai adanya Allah SWT serta nikmat dan rohmat yang Dia berikan untuk hamba-Nya. Orang yang memiliki sifat kufur disebut kafir.

12. Nifak berpura-pura dengan menampakkan kebaikan dan menyembunyikan keburukannya, sedangkan orang yang memiliki sifat nifak disebut munafik. Orang munafik dikenal sebagai orang yang berwajah dua, dia berusaha berbuat baik di depan orang lain, tetapi berkebalikan ketika berada dibelakang.

13. Syirik adalah menyekutukan Allah SWT dengan makhluk-Nya, sedangkan orang yang memiliki sifat syirik disebut musyrik. Syirik merupakan dosa yang paling besar yang dilakukan hamba kepada Allah SWT.

14. Yaksu atau Putus Asa adalah perasaan tidak akan pernah mendapatkan rohmat dan nikmat dari Allah SWT. Perasaan ini biasa timbul karena sebuah penderitaan dan masalah besar yang menimpa. Dan pada saat itulah syetan membisikan tipuan untuk menyalahkan diri, menyalahkan keadaan, bahkan menyalahkan takdir Allah SWT. Inilah yang menyebabkan harapan untuk mendapatkan rohmat, nikmat, dan ampunan semakin redup.

AKHLAK TERPUJI

Pengertian Akhlak Terpuji
Akhlak mahmudah adalah akhlaq yang terpuji, yaitu segala macam bentuk perbuatan, ucapan, dan perasaan seseorang yang bisa menambah iman dan mendatangkan pahala. Akhlak mahmudah merupakan akhlak yang mencerminkan ajaran Rosulullah SAW, sebagaimana Beliau bersabda :


اِنَّمَا بُعِثْتُ لِاُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْاَخْلَاقِ
Artinya :
“Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah SWT) untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

Macam-macam Akhlak Mahmudah :
Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan mendapatkan banyak sekali contoh akhlak mahmudah atau akhlak yang terpuji, seperti berikut ini :

1. Afwu atau Pemaaf
Sifat pemaaf adalah akhlak yang sangat dianjurkan dalam berhubungan sosial, karena memaafkan kesalahan orang lain adalah sesuatu yang berat untuk dilakukan. Untuk itulah, memaafkan atas kesalahan orang lain jauh lebih baik dari pada meminta maaf atas kesalahan sendiri.

2. Haya’ atau Malu
Maksud “malu” di sini adalah memiliki sifat malu untuk melakukan sebuah keburukan, baik untuk diri sendiri maupun kepada orang lain. Orang yang mempunyai sifat tidak hanya dari perasaan hati saja, tetapi uga ditunjukkan pada perkataan dan perbuatan. Sifat haya’ atau malu merupakan salah satu cari 99 cabang iman :

الحَيَاءُ مِنَ الْاِيْمَانِ
Artinya :
“Malu adalah sebagian dari iman”.

3. Ta’awun atau Saling Menolong
Komunitas manusia yang sifatnya homogen pastinya menuntut mereka untuk saling membutuhkan satu sama lain, inilah mengapa manusia disebut “homo sapien”, yaitu tidak bisa hidup tanpa manusia lain. Di sinilah fungsi saling menolong dan saling membantu sesama.

4. Khifdul Lisan atau Menjaga Lisan
Lisan merupakan salah satu faktor besar yang bisa memecah tali persaudaraan, bahkan tidak jarang terjadi permusuhan, perkelahian, pembunuhan, dan lain sebagainya karena bersuber dari ketidakmampuan dalam menjaga lisan. Dalam sebuah hadist, Rosulullah SAW bersabda :

سَلَامَةُ الْاِنْسَانِ فِي حِفْظِ اللِّسَانِ
Artinya :
“Keselamatan manusia tergantung dari bagaimana menjaga lisannya”

5. Amanah atau Dapat Dipercaya
Sifat amanah berarti memberikan kepercayaan diri kepada orang lain melalui ucapan dan tindakan yang dilakukan, di mana ucapan dan tindakan tersebut berkesesuaian. Lawan dari sifat amanah adalah sifat khianah (berhianat) yang merupakan salah satu tanda orang munafik.

6. Sidqu atau Benar
Sidqu diartikan sebagai benar dan jujur, baik dalam perkataan, perbuatan, dan hati. Kejujuran adalah akhak yang sangat penting dan harus dilestarikan dalam mengiringi berbagai macam aktivitas kehidupan kita, karena praktek-praktek kejujuran sudah mulai punah dari masa ke masa.

7. Adil
Sifat adil memang bisa diartikan dengan berbagai macam versi, yaitu tidak berat sebelah, tidak memihak, mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya, seimbang, dan lain-lain. Sifat adil merupakan akhlak yang harsu dimiliki oleh setiap muslim, terutama bagi pemimpin, karena sifat inilah yang bisa menjadi salah satu faktor kerukunan dan perdamaian.

8. Ta’dhim atau Menghormati Orang Lain
Dalam berhubungan sosial, semua orang pasti ingin dihormati dan dihargai. Di sinilah tempat sifat ta’dhim kepada orang lain, yaitu menghormati orang lain apalagi kepada orang yang lebih tua. Sedangkan orang yang lebih tua juga harus mampu menghargai orang yang lebih muda. Dengan demikian, maka akan tercipta saling tolerasi antara sesama.

9. Tawadhu’ atau Sopan Santun
Sifat tawadlu’ adalah perwujudan dari sifat ta’dhim. Demikian, orang yang bisa menghormati orang lain pasti akan bertindak sopan santun kepadanya, tidak berbuat sesuka hati, tidak semenah-menah, dan mampu memberikan hak orang lain dalam berhubungan sosial.

10. Tadarru’ atau Rendah hati
Orang yang memiliki sifat rendah hati pasti mampu menghargai orang lain dan karyanya, tidak merasa lebih baik melebihi orang lain, tidak suka menyombongkan diri, dan tidak suka membanggakan diri. Sedangkan lawan dari sifat rendah hati adalah sifat tinggi hati atau sombong.

11. Muhasabatun Nafsi atau Intropeksi Diri
Manusia adalah tempat salah dan lupa, tidak ada manusia sempurna tanpa melakukan kesalahan. Tetapi sebaik-baik manusia yang berbuat salah adalah manusia yang bisa mengevaluasi kesalahan dan berusaha memperbaikinya. Intropeksi diri sangat penting untuk menyongsong masa depan ukhrowi dan duniawi, yaitu intropeksi diri atas dosa-dosa dan mengevaluasi diri atas sebuah kegagalan.

12. Tafakkur atau Berpikir
Tafakkur adalah memanfaatkan waktu untuk banyak berpikir tentang keagungan Allah SWT atas apapun yang telah Dia ciptakan. Tafakkur sangat bermanfaat untuk memberikan kekaguman diri atas keagungan Allah SWT, semakin bersyukur atas rohmat dan nikmat-Nya, semakin menguatkan hati dalam beraqidah, dan juga menambah luasnya wawasan pengetahuan. Namun, kita sebagai makhluk-Nya hanya boleh bertafakkur atas ciptaan-Nya, bukan bertafakkur atas Dzat-Nya.

13. Khusnudzan atau Berprasangka Baik
Berprasangka baik kepada orang lain sangatlah dianjurkan karena manusia tidak mengetahui seberapa besar kebaikan orang tersebut di sisi Allah SWT, hanya Allah SWT sendirilah yang mengetahuinya. Sifat berprasangka baik juga menumbuhkan dampak-dampak positif kepada orang lain, misalnya menghindari sifat sombong, tidak mudah menyalahkan orang lain, dan lain-lain.

14. Sakho’ atau Pemurah
Sifat pemurah adalah suka memberi adan berbagi atas apa yang dimiliki kepada orang lain, baik jika diminta maupun tanpa diminta. Sifat ini memiliki banyak fadhilah dan keutamaan sebagai orang yang ahli bershodaqoh.

15. I’tsar atau Mengutamakan Kepentingan Orang Lain
Agama islam sangat menyerukan untuk mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan sendiri dalam berhubungan sosial, tanpa memandang siapa orang tersebut. Sebagaimana Allah SWT menceritakan sahabat Anshor dan sahabat Muhajirin dalam potongan Surat Al-Hasyr ayat 9 berikut ini :

وَيُؤْثِرُوْنَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
Artinya :
“Dan mereka (sahabat Anshor) mengutamakan (kepentingan sahabat Muhajirin) di atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka sangat membutuhkan (atas apa yang mereka berikan itu)”.

16. Sabar
Sabar diartikan sebagai sifat tabah dalam menghadapi segala macam bentuk cobaan hidup dan musibah yang menimpa. Sifat sabar memang sangat berat kecuali bagi orang-orang yang memiliki pondasi hati kuat, Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 45 :

وَاسْتَعِينُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِيْنَ
Artinya :
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan solat. Dan sesungguhya hal itu sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang  khusyu’”.

17. Qona’ah atau Menerima Dengan Lapang
Qona’ah adalah menerima dengan lapang baik apapun takdir yang dituliskan Allah SWT, baik itu baik ataupun buruk, misalnya kebahagiaan, penderitaan, kesejahteraan, musibah, nasib baik, dan nasib buruk. Tentu saja sangat berat untuk mempraktekkan sifat ini di dalam hati, kecuali bagi mereka yang memiliki keyakinan kuat untuk mendapatkan ridlo Allah SWT.

18. Syukur
Syukur diartikan sebagai wujud dari rasa berterima kasih kepada Allah SWT atas segala rohmat dan nikmat yang Dia berikan dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Wujud rasa syukur diungkapkan dengan perkataan, perbuatan, dan hati. Sedangkan lawan dari syukur adalah kufur.

19. Ikhlas
Ikhlas dalam bahasa diartikan sebagai tulus atau murni, yaitu melaksanakan setiap aktivitas (baik aktivitas yang berhubungan dengan dunia maupun aktivitas yang berhubungan dengan akhirat) semata-mata hanya untuk mendapatkan ridlo Allah SWT. Sebagaimana pada doa iftitah dalam sholat yang sering kita baca :

اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Artinya :
"Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah milik Allah Tuhan semesta alam".

20. Taqwa
Taqwa adalah memelihara diri dari murka dan siksa Allah SWT dengan senantiasa menjalankan segala apa yang Dia perintahkan dan menjauhi segala apa yang Dia larang.

21. Tawakkal atau Berpasrah Diri
Tawakkal diartikan sebagai berpasrah diri kepada Allah SWT. Berpasrah diri di sini bukan berarti 100% pasrah tanpa melakukan usaha, justru tawakkal adalah bentuk kepasrahan diri tanpa menghilangkan nilai-nilai usaha.

22. Ikhtiyar atau Berusaha
Manusia diwajibkan untuk berusaha dalam hal-hal yang bersifat ukhrawi dan duniawi, sedangkan usaha manusia harus disertai dengan tawakkal. Artinya, manusia berusaha dengan diiringi keyakinan bahwa Allah SWT yang memberikan ketentuan atas usaha tersebut.

23. Zuhud
Zuhud adalah mengutamakan kepentingan akhirat di atas kepentingan dunia. Orang-orang yang zuhud adalah orang-orang yang enggan berurusan dengan urusan dunia kecuali urusan dunia yang bisa mendukung urusan akhirat, seolah-olah mereka benar-benar tidak perduli atas segala macam kemewahan dunia yang bersifat semu, serta menghabiskan segenap waktu untuk beribadah, berdzikir, bermunajah, dan lain-lain.

24. Roja’ atau Berharap
Roja’ adalah keinginan untuk mendapatkan rohmat, ampunan, dan ridlo Allah SWT sebagai bentuk harapan di dalam hati. Bahkan bagi orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar sekalipun, roja’ adalah harapan disertai keyakinan kuat bahwa rohmat dan ampunan Allah SWT lebih luas. Lawan dari roja’ adalah ya’su atau putus asa atas rohmat Allah SWT.

25. Wira’i atau Berhati-hati
Wirai adalah menjaga diri dengan senantiasa menghindari hal-hal yang bersifat dosa, haram, dan syubhat. Orang yang memiliki sifat wira’i senantiasa meneliti serta berhati-hati untuk tidak melakukan perbuatan dosa, memakan barang haram dan barang syubhat, orang seperti ini disebut wara’.

Qada dan Qadar

PENGERTIAN QADHA DAN QADAR

A. Pengertian Qadha dan Qadar
Menurut bahasa qadha memiliki beberapa arti yaitu hukum, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, dan penciptaan. Sedangkan menurut istilah, qadha adalah ketentuan atau ketetapan Allah SWT dari sejak zaman azali tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan iradah (kehendak-Nya), meliputi baik dan buruk, hidup dan mati, dan seterusnya.
Menurut bahasa, qadar berarti kepastian, peraturan, dan ukuran. Sedangkan menurut istilah, qadar adalah perwujudan ketetapan (qadha) terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya yang telah ada sejak zaman azali sesuai dengan iradah-Nya. Qadar disebut juga dengan takdir Allah SWT yang berlaku bagi semua makhluk hidup, baik yang telah, sedang, maupun akan terjadi.

B. Pengertian Iman Kepada Qada dan Qadar
Beriman kepada qada dan qadar adalah menyakini dengan sepenuh hati adanya ketentuan Allah SWT yang berlaku bagi semua mahluk hidup. Semua itu menjadi bukti kebesaran dan kekuasan Allah SWT. Jadi, segala sesuatu yang terjadi di alam fana ini telah ditetapkan oleh Allah SWT.

C. Dalil – Dalil Tentang Beriman Kepada Qadha dan Qadar
a. Q.S Ar-Ra’d ayat 11 :
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

b. Q.S Al-A’laa ayat 3 :
Artinya :"Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.”

D. Takdir
Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya baik itu mengenai kadar atau ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi tentu ada takdirnya, termasuk manusia.
Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yaitu informasi Allah melalui Al Quran dan Al Hadits. Secara keilmuan umat Islam dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai segala sesuatu yang sudah terjadi.

E. Takdir Mua’llaq dan Takdir Mubram
a. Takdir mua’llaq
Yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contohnya seorang siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian.

b. Takdir mubram
Yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang dilahirkan dengan mata sipit , atau dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapaknya kulit putih dan sebagainya.

F. Ikhtiar
Ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Ikhtiar juga dilakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Akan tetapi, usaha kita gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan tidak berputus asa. Kegagalan dalam suatu usaha, antara lain disebabkan keterbatasan dan kekurangan yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Apabila gagal dalam suatu usaha, setiap muslim dianjurkan untuk bersabar karena orang yang sabar tidak akan gelisah dan berkeluh kesah atau berputus asa. Agar ikhtiar atau usaha kita dapat berhasil dan sukses, hendaknya melandasi usaha tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah, berdoa dengan senantiasa mengikuti perintah Allah yang diiringi dengan perbuatan baik, bidang usaha yang akan dilakukann harus dikuasai dengan mengadakan penelitian atau riset, selalu berhati-hati mencari teman (mitra) yang mendukung usaha tersebut, serta memunculkan perbaikan-perbaikan dalam manajemen yang professional.

G. Hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar
Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Berkaitan dengan qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berikut yang artinya :
”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaekat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupnya) sengsara atau bahagia.” (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud).
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.
Janganlah sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas berusaha dan berbuat kejahatan. Mengenai adanya kewajiban berikhtiar , ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi Muhammad SAW pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang itu datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya dan langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur orang itu, ”Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?.” Orang Arab Badui itu menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal kepada Allah”. Nabi pun bersabda, ”Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah”.
Dari kisah tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala sesuatu, namun manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar. Kita tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada diri kita, oleh sebab itu kita harus berikhtiar. Jika ingin pandai, hendaklah belajar dengan tekun. Jika ingin kaya, bekerjalah dengan rajin setelah itu berdo’a. Dengan berdo’a kita kembalikan segala urusan kepada Allah kita kepada Allah SWT. Dengan demikian apapun yang terjadi kita dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas.

H. Sunnatullah
Menurut bahasa sunnatullah berasal dari kata sunnah yang bersinonim dengan tariqah yang berarti jalan yang dilalui atau sirah yang berarti jalan hidup. Kemudian, kata tersebut digabung dengan lafal Allah sehingga menjadi kata sunatullah yang berarti ketentuan-ketentuan atau hukum Allah swt. yang berlaku atas segenap alam dan berjalan secara tetap dan teratur.
Sunnatullah terdiri dari dua macam, yaitu :
1. Sunnatullah qauliyah adalah sunnatullah yang berupa wahyu yang tertulis dalam bentuk lembaran atau dibukukan, yaitu Al-Qur’an.
2. Sunnatullah kauniyyah adalah sunnatullah yang tidak tertulis dan berupa kejadian atau fenomena alam. Contohnya, matahari terbit di ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat.
Kedua sunatullah tersebut memiliki persamaan, yaitu :
1. Kedua-duanya berasal dari Allah swt.
2. Kedua-duanya dijamin kemutlakannya.
3. Kedua-duanya tidak dapat diubah atau diganti dengan hukum lainnya.

Contohnya adalah hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa barang siapa yang beriman dan beramal saleh, pasti akan mendapat balasan pahala dari Allah swt. Selain memiliki persamaan, keduanya juga mempunyai perbedaan. Sunatullah yang ada di alam, dapat diukur. Lain halnya dengan sunnatullah yang ada dalam AL-Qur’an. Walaupun hal itu pasti terjadi, tetapi tidak diketahui secara pasti kapan waktunya.

I. Tawakal
Tawakal atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.
Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut, "Tawakkal ialah menyandarkan kepada Allah swt tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.
Berdasarkan al-Qur’an Surah at-Talaq ayat 3, Allah swt. akan mencukupkan segala keperluan orang-orang yang bertawakal dan bila dijabarkan orang yang bertawakal akan :

1. Mendapatkan limpahan sifat ‘aziz atau kehormatan dan kemuliaan.
2. Memiliki keberanian dalam menghadapi musibah atau maut.
3. Menghilangkan keluh kesah dan gelisah, serta mendapatkan ketenangan, ketentraman, dan kegembiraan.
4. Mensyukuri karunia Allah swt. serta memiliki kesabaran apabila belum memperolehnya.
5. Memiliki kepercayaan diri dan keberanian dalam menghadapi setiap persoalan.
6. Mendapatkan pertolongan, perlindungan, serta rezeki yang cukup dari Allah swt.
7. Mendapatkan kepercayaan dari orang banyak karena budi pekertinya yang terpuji dan hidupnya yang bermanfaat bagi orang lain.

J. Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:

a. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian.
Firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 53 yang artinya :
“dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ”

b. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT dalam QS.Yusuf ayat 87 yang artinya :
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.

c. Memupuk sifat optimis dan giat bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.
Firaman Allah dalam QS Al- Qashas ayat 77 yang artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

d. Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.
Firaman Allah dalam QS. Al-Fajr ayat 27-30 yang artinya :
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam surga-Ku.

Asmaul Husna

99 Asmaul Husna (Lengkap Arti dan Penjelasan)

Asmaul Husna merujuk kepada nama-nama, sebutan, gelar, sekaligus sifat-sifat Allah SWT yang indah dan baik. Istilah Asmaul Husna juga dikemukakan oleh Allah SWT dalam Surat Thaha:8 yang artinya:

"Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai asmaa'ul husna (nama-nama yang baik)" (Q.S. Thaha:8).

Allah SWT juga berfirman dalam Surat Al-Baqara:31 dan Al-Ar'raaf:130, sebagai berikut:

"Milik Allahlah nama-nama yang indah, dan mohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama tersebut" (Al-A'raaf:180)
"Dia telah mengajari Adam seluruh nama" (Q.S Al-Baqarah:31)

Nama Allah yang mulia dan agung tersebut merupakan kebesaran dan kekuasaan Allah, sebagai pencipta serta pemelihara alam semesta beserta segala isinya ini. Bagi seorang muslim salah satu cara mengenal Allah adalah dengan mempelajari sifat-sifat Allah serta mengenal 99 asma Allah (99 nama Allah).
Berikut 99 Asmaul Husna (99 nama baik allah) beserta Arti nama allah dalam bahasa indonesia:
No
Nama
Indonesia
Arab
Allah
Allah
الله
1
Ar Rahman
Allah Yang Maha Pengasih
الرحمن
2
Ar Rahiim
Allah Yang Maha Penyayang
الرحيم
3
Al Malik
Allah Yang Maha Merajai (bisa di artikan Raja dari semua Raja)
الملك
4
Al Quddus
Allah Yang Maha Suci
القدوس
5
As Salaam
Allah Yang Maha Memberi Kesejahteraan
السلام
6
Al Mu`min
Allah Yang Maha Memberi Keamanan
المؤمن
7
Al Muhaimin
Allah Yang Maha Mengatur
المهيمن
8
Al `Aziiz
Allah Yang Maha Perkasa
العزيز
9
Al Jabbar
Allah Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
الجبار
10
Al Mutakabbir
Allah Yang Maha Megah, Yang Memiliki Kebesaran
المتكبر
11
Al Khaliq
Allah Yang Maha Pencipta
الخالق
12
Al Baari`
Allah Yang Maha Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)
البارئ
13
Al Mushawwir
Allah Yang Maha Membentuk Rupa (makhluknya)
المصور
14
Al Ghaffaar
Allah Yang Maha Pengampun
الغفار
15
Al Qahhaar
Allah Yang Maha Menundukkan / Menaklukkan Segala Sesuatu
القهار
16
Al Wahhaab
Allah Yang Maha Pemberi Karunia
الوهاب
17
Ar Razzaaq
Allah Yang Maha Pemberi Rezeki
الرزاق
18
Al Fattaah
Allah Yang Maha Pembuka Rahmat
الفتاح
19
Al `Aliim
Allah Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)
العليم
20
Al Qaabidh
Allah Yang Maha Menyempitkan (makhluknya)
القابض
21
Al Baasith
Allah Yang Maha Melapangkan (makhluknya)
الباسط
22
Al Khaafidh
Allah Yang Maha Merendahkan (makhluknya)
الخافض
23
Ar Raafi`
Allah Yang Maha Meninggikan (makhluknya)
الرافع
24
Al Mu`izz
Allah Yang Maha Memuliakan (makhluknya)
المعز
25
Al Mudzil
Allah Yang Maha Menghinakan (makhluknya)
المذل
26
Al Samii`
Allah Yang Maha Mendengar
السميع
27
Al Bashiir
Allah Yang Maha Melihat
البصير
28
Al Hakam
Allah Yang Maha Menetapkan
الحكم
29
Al `Adl
Allah Yang Maha Adil
العدل
30
Al Lathiif
Allah Yang Maha Lembut
اللطيف
31
Al Khabiir
Allah Yang Maha Mengenal
الخبير
32
Al Haliim
Allah Yang Maha Penyantun
الحليم
33
Al `Azhiim
Allah Yang Maha Agung
العظيم
34
Al Ghafuur
Allah Yang Maha Memberi Pengampunan
الغفور
35
As Syakuur
Allah Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai)
الشكور
36
Al `Aliy
Allah Yang Maha Tinggi
العلى
37
Al Kabiir
Allah Yang Maha Besar
الكبير
38
Al Hafizh
Allah Yang Maha Memelihara
الحفيظ
39
Al Muqiit
Allah Yang Maha Pemberi Kecukupan
المقيت
40
Al Hasiib
Allah Yang Maha Membuat Perhitungan
الحسيب
41
Al Jaliil
Allah Yang Maha Luhur
الجليل
42
Al Kariim
Allah Yang Maha Pemurah
الكريم
43
Ar Raqiib
Allah Yang Maha Mengawasi
الرقيب
44
Al Mujiib
Allah Yang Maha Mengabulkan
المجيب
45
Al Waasi`
Allah Yang Maha Luas
الواسع
46
Al Hakim
Allah Yang Maha Bijaksana
الحكيم
47
Al Waduud
Allah Yang Maha Mengasihi
الودود
48
Al Majiid
Allah Yang Maha Mulia
المجيد
49
Al Baa`its
Allah Yang Maha Membangkitkan
الباعث
50
As Syahiid
Allah Yang Maha Menyaksikan
الشهيد
51
Al Haqq
Allah Yang Maha Benar
الحق
52
Al Wakiil
Allah Yang Maha Memelihara
الوكيل
53
Al Qawiyyu
Allah Yang Maha Kuat
القوى
54
Al Matiin
Allah Yang Maha Kokoh
المتين
55
Al Waliyy
Allah Yang Maha Melindungi
الولى
56
Al Hamiid
Allah Yang Maha Terpuji
الحميد
57
Al Muhshii
Allah Yang Maha Mengalkulasi (Menghitung Segala Sesuatu)
المحصى
58
Al Mubdi`
Allah Yang Maha Memulai
المبدئ
59
Al Mu`iid
Allah Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
المعيد
60
Al Muhyii
Allah Yang Maha Menghidupkan
المحيى
61
Al Mumiitu
Allah Yang Maha Mematikan
المميت
62
Al Hayyu
Allah Yang Maha Hidup
الحي
63
Al Qayyuum
Allah Yang Maha Mandiri
القيوم
64
Al Waajid
Allah Yang Maha Penemu
الواجد
65
Al Maajid
Allah Yang Maha Mulia
الماجد
66
Al Wahid
Allah Yang Maha Tunggal
الواحد
67
Al Ahad
Allah Yang Maha Esa
الاحد
68
As Shamad
Allah Yang Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta
الصمد
69
Al Qaadir
Allah Yang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
القادر
70
Al Muqtadir
Allah Yang Maha Berkuasa
المقتدر
71
Al Muqaddim
Allah Yang Maha Mendahulukan
المقدم
72
Al Mu`akkhir
Allah Yang Maha Mengakhirkan
المؤخر
73
Al Awwal
Allah Yang Maha Awal
الأول
74
Al Aakhir
Allah Yang Maha Akhir
الأخر
75
Az Zhaahir
Allah Yang Maha Nyata
الظاهر
76
Al Baathin
Allah Yang Maha Ghaib
الباطن
77
Al Waali
Allah Yang Maha Memerintah
الوالي
78
Al Muta`aalii
Allah Yang Maha Tinggi
المتعالي
79
Al Barru
Allah Yang Maha Penderma (Maha Pemberi Kebajikan)
البر
80
At Tawwaab
Allah Yang Maha Penerima Tobat
التواب
81
Al Muntaqim
Allah Yang Maha Pemberi Balasan
المنتقم
82
Al Afuww
Allah Yang Maha Pemaaf
العفو
83
Ar Ra`uuf
Allah Yang Maha Pengasuh
الرؤوف
84
Malikul Mulk
Allah Yang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta)
مالك الملك
85
Dzul Jalaali Wal Ikraam
Allah Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
ذو الجلال و الإكرام
86
Al Muqsith
Allah Yang Maha Pemberi Keadilan
المقسط
87
Al Jamii`
Allah Yang Maha Mengumpulkan
الجامع
88
Al Ghaniyy
Allah Yang Maha Kaya
الغنى
89
Al Mughnii
Allah Yang Maha Pemberi Kekayaan
المغنى
90
Al Maani
Allah Yang Maha Mencegah
المانع
91
Ad Dhaar
Allah Yang Maha Penimpa Kemudharatan
الضار
92
An Nafii`
Allah Yang Maha Memberi Manfaat
النافع
93
An Nuur
Allah Yang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)
النور
94
Al Haadii
Allah Yang Maha Pemberi Petunjuk
الهادئ
95
Al Badii
Allah Yang Maha Pencipta Yang Tiada Bandingannya
البديع
96
Al Baaqii
Allah Yang Maha Kekal
الباقي
97
Al Waarits
Allah Yang Maha Pewaris
الوارث
98
Ar Rasyiid
Allah Yang Maha Pandai
الرشيد
99
As Shabuur
Allah Yang Maha Sabar
الصبور

Pengertian Asmaul Husna

Arti secara Bahasa dan Istilah

Kata asmaul husna berasal dari bahasa arab Al-Asmaau yang memiliki arti nama-nama, beberapa nama dan al-Husnaa yang berarti yang baik, yang indah. Sedang Menurut istilah, asmaul husna berarti nama-nama yang indah bagi Allah. Asmaul Husna hanya layak disandang oleh Allah SWT, sesuai kebesaran dan keagungan-Nya. Asmaul husna Allah bersifat sempurna, sedangkan nama-nama baik bagi manusia banyak memiliki kelemahan.
asmaul husna artinya, al asmaul husna, arti asmaul husna, 99 asmaul husna, nama asmaul husna, pengertian asmaul husna, ayat asmaul husna
nama-nama yang baik bagi Allah

Sejarah Diturunkan Ayat tentang Asmaul Husna

Di dalam kitab asbabunnuzul diterangkan bahwa pada suatu hari Rasulullah melakukan shalat di Mekah dan berdoa dengan kata-kata: "Ya Rahman, Ya Rahim". kemudian Doa tersebut terdengar oleh sebagian kaum musyrikin. saat itu kamu musyrikin berkata, "Perhatikan orang yang murtad dari agamanya! dia melarang kita menyeru dua Tuhan, dan ia sendiri menyeru dua Tuhan".
Dari adanya ucapan tersebut, turunlah Surat Al-Isra:110:

 قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا 

Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalat mu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".(Q.S. Al-Isra:110)

Berdasarkan Surat Al-Isra:110, kaum musyrikin mengira bahwa Rasulullah, menyebut nama Allah dan Ar-Rahman karena sepengetahuan mereka di daerah Yamamah ada orang yang mempunyai nama Rahman. Dengan turunnya Q.S. al-Isra ayat 110, hal tersebut mematahkan dugaan mereka (kaum musyrikin). kemudian Pada ayat lain, Allah SWT berfirman:

 وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ 

"Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam nama-nama Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan". (Q.S. Al-A’raf:180).

Ayat diatas mengajarkan kepada kita agar menyebut nama Allah SWT dengan nama kebesaranNya, yakni dengan asmaul husna.